Kali ini saya akan berbagi cerita untuk semua. Selamat membacaaa !!!
Awal
cerita ini bermula pada dua hari sebelum pengumuman SBMPTN. Saat itu ketika
sore hari, ayah mengajak saya berbicara. Sebelumnya ayah hanya bercanda seperti
pada sore-sore sebelumnya. Namun ketika sudah lama bercerita ayah seperti
menjuruskan pada topik pembicaraan.
Ayah menanyakan ke mana pilihan
jurusan dan universitas yang saya ambil saat pemilihan SBMPTN.Saya menjawab
bahwa, pilihan saya pada jurusan Psikologi,
pertama di USU dan pilihan lainnya berada di luar Medan. Saat itu ayah langsung mengutarakan keinginan
langsung pada saya. Ayah mengatakan pada saya, bahwa saya tidak diperbolehkan
mengambil atau melanjutkan apabila saya diterima di luar kota. Saat itu seperti
petir yang menyambar hati, saya langsung bergetar. Saya merasakan air mata
sudah seperti bendungan di pelupuk mata saya. Bagaimana bisa, awalnya ayah
mengizinkan apabila saya diterima di luar kota, tapi ini apa. Dua hari sebelum
pengumuman ayah sudah memberikan ultimatum yang langsung meluluhlantahkan
pendirian dan kepercayaan diri saya. Saya yang pada dasarnya sudah sangat
percaya dapat lulus pada pilihan saya yang berada di luar kota langsung minder. Kemungkinan-kemunginan buruk
langsung muncul di pikiran saya.
Saya mencoba untuk tegar, mengatakan dan membujuk ayah
saya untuk mempertimbangkan kembali keputusan beliau. Saya tidak dapat
membendung lagi perasaan saya. Saya seketika menangis dengan tersedu-sedu.
Segala pemikiran berkecamuk dalam diri saya.Saya langsung membayangkan apabila
saya tidak lulus akan banyak pihak yang saya kecewakan. Ibu saya, kakak-kakak
saya dan sudah tentu ayah saya juga kecewa.
Di saat saya
sedang menangis, saya mendengar ayah saya menjelaskan alasan beliau mengapa
saya tidak diizinkan untuk melanjutkan ke luar kota. Beliau mengatakan bahwa
beliau mengkhawatirkan keadaan saya. Beliau khawatir dengan keadaan saya yang
menurut beliau tidak akan sanggup jika jauh dari beliau, terutama dari ibu
saya. Beliau mengatakan bahwa saya adalah anak bungsu yang memilki daya tubuh
lemah. Saya masih ingat dengan jelas kata-kata beliau pada saya, “Dinda ini
badannya rentan, tiap bulan Dinda pasti sakit. Kalau nanti di luar kota, siapa
yang bakalan jagain dan rawat Dinda di sana”. Seketika itu juga air mata saya
kembali mengalir dengan derasnya. Saat itu saya menangis dengan tersedu-sedu di
samping tangan kiri ayah saya.
Ayah termasuk pribadi yang tegas, ketika beliau sudah
mengatakan tidak, maka benar perkataan itu tidak dapat dirubah. Meskipun saya
memaksa, ayah tetap tegas pada pendirian beliau. Sebenarnya, dari sorot mata
beliau, beliau juga tidak tega mengatakan hal ini pada saya. Beliau bahkan
sengaja menghindari kontak mata ketika saya menangis. Saya kemudian menyadari
sebuah hal, sekuat apapun saya memaksa saya akan tetap tidak diizinkan. Ayah
juga bukan pribadi yang suka menyampaikan perihal secara langsung pada
anak-anak beliau. Biasanya beliau lebih memilih, membiarkan ibu saya yang
menyampaikan maksudya. Ayah memang sangat menyayangi saya, sehingga beliau ingin
saya benar-benar mengikuti keinginan beliau. Dengan berat hati yang perlahan
mencoba untuk ikhlas, akhirnya saya mengiyakan keinginan beliau. Dalam hati
saya bertekad, apapun keputusan kelulusan SBMPTN nanti, saya akan menerima
dengan lapang dada.
Tiba hari pengumuman SBMPTN, dengan berdebar saya melihat
hasil pengumuman tersebut. Betapa terkejut dan bahagianya hati saya ketika saya
melihat kata LULUS pada pengumuman tersebut di USU. Saya langsung
memberitahukan berita itu pada orangtua saya. Ibu saya menangis bahagia, saya
juga menangis. Bagaimana dengan ayah? Ayah juga sangat bahagia dengan berita
kelulusan saya. Saat itu juga saya langsung mengingat kejadian dua hari yang
lalu.
Kejadian dua hari yang lalu merupakan hal yang berkesan
menurut saya, karena dari situ saya melihat betapa sayangnya orang tua saya
terhadap saya. Betapa mereka lebih mengetahui mana yang terbaik untuk saya.
Betapa berutungnya saya memiliki orangtua seperti mereka. Terlintas pertanyaan
dalam diri saya, apabila saat itu saya tetap bersikeras, apakah saya akan tetap
lulus juga? Sebuah pertanyaan dan akhirnya terjawab oleh saya. Saya meyakini
bahwa semua ini juga berkat doa orangtua saya, melihat keinginan saya yang
begitu keras, saya yakin orangtua saya juga tidak ingin kecewa terhadap apa
yang sudah saya usahakan. Saya menganggap kelulusan ini adalah doa orangtua
yang memang sengaja sudah dipersiapkan untuk saya. Sejak itu saya menyadari,
banyak hal yang lebih diketahui oleh orangtua, apa saja yang terbaik untuk
saya. Sudah seharusnya saya ikhlas dan mengikuti kemauan serta keinginan mereka
agar hasil terbaik dapat diperoleh dengan mudah.
Terima kasih sudah membaca :") Semoga bermanfaat untuk semua ^^"Banyak hal di dunia ini yang sudah kita rencanakan dengan indah, tetapi tetap saja, semua terjadi atas kehendak Allah. Mintalah doa orang tua agar semua rencana menjadi berkah. Berkah yang dikendaki Allah" - Dinda yang sudah dewasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar