Jumat, 18 April 2014

Observasi Sekolah




Kelompok II
Ketua              :  Jane Kosasih                        (131301077)
Anggota          :  Dian Andini                           (131301061)
                          Dinda Sundari                       (131301089)
                          Utary Monadevy P.              (131301095)
                          Baby Natalia Gultom            (131301127)


Profil Sekolah
Nama Sekolah   :  SMKN 8 Medan Jl. Dr. Mansyur/SMTK No. 1
Telepon             : (061) 8212432
Email                 : www.smkn8medan.sch.id
Uang Sekolah    :  -
Dana Komite     :  Rp100.000,00/ bulan

Observasi
Kelas/Jurusan                                      : X/Tata Boga
Jumlah Siswa Kelas Observasi            : 22 orang
Tanggal Observasi                               : 4 April 2014
Waktu Observasi                                 :  07.50-08.50 (60 menit)

Setting lokasi sekolah
Di Depan Departemen Tata Boga
·         SMKN 8 Medan terdiri dari 8 ruangan Departemen Tata Boga, 7 ruangan Departemen Kecantikan, 12 ruangan Departemen Akomodasi Perhotelan, 8 ruangan Departemen Tata Busana, 22 ruang Teori.
·         Sekolah ini dilengkapi dengan 1 laboratorium Bahasa Inggris, 3 laboratorium Komputer, perpustakaan, ruang OSIS, ruang Pramuka, aula, dua hotel belajar, kafetaria, UKS 24 toilet di berbagai departemen, satu lapangan voli, satu lapangan basket, open-stage, 5 ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala sekolah bagian kesiswaan, ruang wakil kepala sekolah bagian humas, ruang wakil kepala sekolah bagian edukasi, ruang tata usaha, dan pos satpam.
·         Sekolah ini juga menyediakan WiFi di seluruh area sekolah.

Setting ruangan kelas
·         Kelas berisi 16 meja stainless steel, 16 porselin, 18 wastafle, 11 arus listrik, 8 jendela, 36 bangku, dan 10 buah lampu.
·       Seluruh perabot ditata memanjang dua baris ke belakang. Disepanjang dinding kanan atas kelas terdapat ventilasi besar.
·     Terdapat satu whiteboard, penghapus, spidol, papan dinding, meja-kursi guru sebagai penunjang proses belajar di kelas.
·         Ruangan tersebut dilengkapi dengan sebuah kulkas dan sebuah gudang penyimpanan alat praktek.

I.                   Proses Persiapan Observasi

Saat menerima tugas ini, kami bingung akan melakukan observasi di sekolah mana dan pada jenjang berapa. Kemudian kami melakukan perundingan dan memutuskan untuk melakukan observasi pada SMA Swasta. Keesokan harinya, perwakilan dari kelompok (ketua kelompok) meminta izin pada sekolah yang telah kami putuskan. Namun sayang, sekolah tidak memberikan izin dengan alasan pihak sekolah tidak bersedia untuk di-expose. Keadaan ini membuat kami bingung dan akhirnya melakukan perundingan ulang. Setelah melakukan perundingan ulang akhirnya SMK Negeri 8 Medan menjadi tujuan kami untuk melakukan observasi.
Pada tanggal 27 Maret 2014 , kami mendatangi sekolah tersebut untuk meminta izin. Awalnya pihak sekolah ragu mengizinkan, namun setelah kami memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan observasi, pihak sekolah meminta waktu untuk menjawab dan meminta kami untuk datang kembali.
Kami memutuskan datang kembali pada tanggal 2 April 2014, kami menemui kepala departemen boga. Setelah memberikan penjelasan dan pengarahan akhirnya kepala departemen memberikan izin kepada kelompok kami untuk melakukan observasi pada tanggal 4 April 2014 kelas X jurusan Boga.
Selama proses persiapan kami tidak melakukan pembagian tugas secara spesifik karena kami menganggap semua tugas adalah tanggung jawab bersama. Saat observasi, kami melakukan observasi bersama dan menyatukan hasil observasi kami bersama untuk dimasukkan dalam laporan observasi. Setelah laporan selesai, kami melakukan evaluasi sebagai bagian dari tugas kelompok yang harus diselesaikan.

II.                Analisis Teori dalam Kinerja Kelompok

Pendekatan Konstruktivisme menekankan kepada kelompok kami untuk aktif membangun pemahaman dan pengetahuan terhadap tugas yang diberikan secara tertulis. Dalam tugas ini kami mengeksplorasi dan memahami apa saja yang harus dilakukan dalam memenuhi tugas yang diinginkan dosen pengampu.
Metode Konstruktivisme mendorong kami melakukan pembelajaran SCL (Student Center Learned) . Pada metode ini, kami sebagai mahasiswa melakukan pembelajaran dewasa untuk mencari jawaban atas pertanyaan kami.
Observasi kami memacu kami untuk mengeluarkan kemampuan sosial kami, bagaimana kami berinteraksi kepada guru untuk meminta izin berkaitan dengan kehidupan sosial kami. Sebagaimana yang dijelaskan dalam teori Bronfenbrener. Hal ini juga berkaitan dengan salah satu teori Kohlberg tentang perkembangan moral convensiaonal reasoning , dalam arti bahwa kami harus memahami dan mematuhi peraturan yang dibuat oleh sekolah seperti yang dijelaskan ibu kepala departemen.

III.             Analisis Teori dalam Observasi
Analisis teori belajar dan teori perkembangan kami simpulkan dalam poin-poin sebagai berikut:
Ø  Sebagian murid sangat reflektif, sebagian lagi implusif. Sebagian murid memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru yang sedang mengajar dan reflektif menjawab pertanyaan guru serta bertanya dan berdiskusi tentang apa yang belum dipahaminya dan pengalaman yang berhubungan dengan materi yang sedang disajikan guru. Beberapa murid melamun, bahkan ketika kami memberikan pertanyaan di akhir kelas seputar materi yang baru saja diberikan, murid-murid tersebut tidak dapat menjawabnya.
Ø  Sebagian murid adalah deep learner dan sebagian lagi surface learner. Murid-murid dengan gaya belajar yang mendalam mencoba mengulang ucapan guru kemudian membaca bukunya lalu mencatat di buku tulisnya.
Ø  Guru tidak membuat perencanaan mengajar dengan baik (tujuan instruksional, perencanaan kegiatan, prioritas). Hal ini dilihat dari guru yang tidak memahami materi yang disampaikan dan sesuai penjelasan guru yang mengajar bahwa latar belakang beliau bukan dari materi yang diajarkan (Kewirausahaan).
Ø  Guru menggunakan pendekatan teacher-centered dengan metode instruksi langsung dimana guru memberikan penjelasan dan bertanya hanya tentang pelajaran Kewirausahaan dari awal jam pelajaran hingga jam pelajaran berakhir.
Ø  Guru menggunakan salah satu strategi instruksional Teacher-Centered dengan comparative advance organizer dimana guru memberikan materi baru dengan menanyakan dan mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya.
Ø  Motivasi murid untuk belajar tidak lagi sepenuhnya karena ingin memahami materi yang dipelajari. Tujuan yang ingin dicapai murid berpindah dari mastery goal menjadi performance goal.
Ø  Motivasi belajar murid sudah sangat rendah. Karena itu, perlu adanya usaha guru untuk meningkatkan kembali motivasi belajar murid-muridnya. Salah satu cara yang dapat diterapkan misalnya guru melakukan teknik Scaffolding dan memberikan gambaran atas hal-hal positif dari belajar dengan memberikan contoh nyata di kehidupan.
Ø  Motivasi belajar murid cenderung sejalan dengan teori behavioral. Dimana murid belajar untuk mendapatkan nilai bagus dan kemudian mendapatkan penghargaan. Atau belajar agar tidak dimarahi orang tua di rumah. 
 
Bersama Guru dan Murid SMK Negeri 8 Medan