KOGNISI
Kognisi
adalah suatu proses belajar bagaimana informasi diolah, diubah, disimpan
digunakan dan dapat mempengaruhi apa yang kita perhatikan, pahami, pelajari,
ingat, percaya, dan rasakan.
Tiga aspek kognisi:
a. Kognisi
memproses informasi. Informasi adalah bagian dari kognisi yang ditemukan,
diubah, disimpan, dan digunakan.
b. Kognisi
itu aktif. Informasi yang kita peroleh, aktif berubah, disimpan, dan digunakan
dalam proses kognisi.
Dalam
kognisi:
-
Informasi diperoleh melalui indra
-
Diubah melalui proses interpretatif dari persepsi dan berpikir
-
Disimpan melalui proses memory
-
Digunakan dalam penyelesaian masalah dan bahasa
c. Kognisi sangat berguna. Manusia menggunakan kognisi
untuk bertahan hidup baik secara jasmani maupun dalam kehidupan sosial di
dunia.
Berpikir
Suatu
penalaran yang melibatkan proses memanipulasi informasi secara mental yang
digunakan untuk membentuk konsep-konsep, menyelesaikan
masalah, dan terlibat dalam kegiatan kreatifitas disebut berpikir.
Unit-Unit
Dasar dalam Berpikir
Unit
dasar dalam berpikir yaitu konsep. Konsep adalah cara untuk mengelompokkan atau
mengklasifikasikan hal-hal, objek, peristiwa, hewan, atau orang-orang yang dihubungkan
oleh beberapa fitur, sifat-sifat atau karakteristik dimana mereka semua
memiliki kesamaan. Konsep membantu kita memproses informasi secara umum dan
lebih efisien. Tanpa konsep, kita hanya dapat berpikir dalam hal- hal dan
tindakan-tindakan yg spesifik.
Konsep dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Simple and Complex Concepts
Conjunctive
concepts didefinisikan sebagai adanya simultan dari dua atau
lebih karakteristik umum.
Disjunctive
concepts didefinisikan sebagai adanya satu karakteristik
umum atau yang lain, ataupun keduanya.
2. Natural
Concepts
Natural concepts adalah
dasar. Konsep dasar adalah salah satu
konsep yang memiliki inklusif tingkat menengah
Tiga tingkatan inklusif
menurut Rosch:
a.
Konsep superordinate sangat inklusif
karena terdiri dari banyak anggota. Contohnya makanan adalah konsep atas yang
terdiri dari buah, sayur, lauk pauk, dll.
b.
Konsep dasar adalah inklusif tingkat
menengah meskipun kategori ini masih terdiri dari banyak anggota contohnya
yaitu buah adalah bagian dari makanan.
c.
Konsep subordinate adalah inklusif
tingkat rendah. Contohnya yaitu apel terdiri dari anggota yang lebih sedikit
dibanding buah dari tingkat menengah dan makanan dari tingkat atas.
Menurut
Rosch, konsep dasar adalah konsep yang paling mudah dimengerti dan dipelajari.
Umumnya, anak-anak lebih dahulu mempelajari konsep dasar daripada konsep atas
ataupun konsep bawah. Menurut
Rosch, ada empat karakteristik mengapa konsep dasar menjadi konsep yang paling
mudah dimengerti dan dipelajari, yaitu:
1.
Konsep dasar membagikan atribut yang
banyak
2.
Anggota-anggota dari konsep dasar
membagikan bentuk-bentuk yang sama
3.
Aggota-anggota dari konsep dasar sering
membagikan gerakan motorik
4.
Konsep dasar lebih mudah ditentukan
Model
Klasik membuat konsep dengan mencari ciri yang membedakan
suatu hal dengan hal lainnya.
Model
Exemplar membuat konsep dari sebuah objek, hewan, atau
seseorang dengan mendefinisikan atau membuat daftar mental dari karakteristik
yang penting dari hal tersebut. Sesuai dengan model exemplar, kita membuat
konsep dengan cara mempelajari karakteristik penting dari suatu hal.
Berbagai masalah
dalam model exemplar :
·
Terlalu banyak fitur. Di dunia nyata,
sangat sulit untuk membuat daftar semua fitur-fitur yang mendefenisikan sesuatu
(Rey,1983) . Jika daftar fitur-fitur yang kita buat untuk mendefenisikan
sesuatu tidak lengkap, maka daftar tersebut bisa saja salah mendefenisikan hal
yang kita maksud.
·
Terlalu banyak pengecualian. Setelah
membuat daftar fitur untuk mendefinisikan sesuatu, kita juga akan membutuhkan
daftar pengecualian yang tidak cocok untuk mendefinisikan hal tersebut.
Natural
Concepts adalah prototipe atau bentuk dasar yang bagus. Prototipe adalah ketika seseorang
menentukan sebuah konsep dengan menciptakan citra mental dan membandingkan
suatu bagian dengan bagian yang paling tipikal berdasarkan karakteristik
rata-rata suatu objek untuk mencari kesamaan dalam kelompok. Jika kita ditanyakan suatu contoh
atau prototipe dari konsep superordinate pekerjaan, kita akan mengatakan
dokter, pemadam kebakaran atau polisi. Kita mungkin tidak mengatakan designer
atau barista.
Pemikiran dan Pemecahan Masalah : Menggunakan Informasi Untuk
Mencapai Tujuan
Tanpa
konsep, pikiran yang mengagumkan akan menjadi mustahil. Pemahaman konsep
memberi kita wawasan tentang isi pikiran. Sekarang mari kita lihat contoh
penting dari proses berpikir - pertanyaan tentang bagaimana kita menggunakan
konsep untuk memecahkan masalah-masalah tertentu. Apa yang seharusnya
Anda lakukan ketika Anda berpikir Anda marah kepada bos Anda dengan pernyataan politik pedas yang Anda buat di
pesta kemaren malam? Apakah Anda memberitahunya bahwa Anda hanya bercanda ?
Apakah Anda berbicara dengannya lagi besok dengan harapan bahwa Anda dapat
setuju atau tidak setuju tanpa permusuhan? Apakah Anda melupakan hal itu dengan
asumsi bahwa ia tidak akan membiarkan gangguan politik dari evaluasi kinerja
kerja Anda? Apakah Anda menunggu dan melihat apakah dia bertindak seolah-olah
Anda benar-benar menyinggungnya - ingat
Anda hanya berpikir Anda membuatnya marah - sebelum Anda melakukan apapun lebih
jauh ? Apakah Anda benar-benar melakukannya ?
Pemecahan masalah dapat didefinisikan sebagai proses berpikir di mana informasi yang digunakan untuk mencapai tujuan itu
dihalangi oleh beberapa jenis rintangan. Mari kita periksa proses itu. Proses
berpikir seperti
apa yang kita ikuti dalam mencoba untuk memecahkan masalah dan mencapai tujuan
kita?
Ada
tiga langkah dalam proses berpikir yang terlibat
dalam pemecahan masalah yang tampaknya harus dilakukan secara berurutan.
Pertama, kita harus merumuskan masalah seperti apa yang sedang kita hadapi.
Kedua, kita perlu mengevaluasi unsur-unsur dari masalah untuk memutuskan
informasi dan alat-alat apa kita harus gunakan. Yang terakhir, kita juga perlu menghasilkan daftar solusi dan
mengevaluasinya.
Merumuskan Masalah
Sebelum
kita dapat merumuskan masalah, kita harus bisa mendefenisikan masalah tersebut
kedalam istilah yang jelas dan spesifik. Terkadang, masalah yang kita hadapi
sudah jelas. Contohnya, Anda tahu bahwa tujuan untuk bisa dipromosikan dalam
pekerjaan Anda belum tercapai, tapi Anda mungkin tidak tahu apa yang
menghalangi Anda untuk dipromosikan. Anda berpikir : Aapakah saya perlu
menunjukkan pekerjaan saya yang
lebih baik ? Apakah saya perlu menjadi lebih baik ketika bersama superior saya
? Apakah saya perlu menjadi lebih tegas dalam meminta promosi ? Untuk
menyelesaikan masalah, Anda harus tahu
apa masalah sebenarnya.
Memahami
dan Mengatur Unsur-Unsur dari Masalah
Setelah
merumuskan masalah, kita harus membuat penelitian unsur-unsur masalah -
informasi dan sumber daya lainnya tersedia bagi kita. Seringkali, pemecahan
masalah yang efektif memerlukan agar kita fleksibel
menafsirkan makna dan utilitas unsur-unsur ini. Banyak masalah hidup memerlukan
reorganisasi mendalam dari unsur masalah. Salah satu cara
dalam pemecahan masalah manusia agak diduga keliru, bagaimanapun, adalah sering
bagi kita menjadi tidak cukup fleksibel dalam mengevaluasi elemen dalam
masalah. Perhatikan situasi berikut. Karl duncker (1945) telah menyediakan
masalah bagi Anda untuk diselesaikan. Anda diberikan tiga lilin, beberapa paku
payung, dan sebuah kotak korek api. Masalah Anda adalah untuk meletakkan salah
satu lilin di dinding sedemikian rupa bahwa lilin itu tidak akan menetes di
lantai atau meja ketika terbakar.
Maka hasil dari percobaan yang dilakukan adalah, Anda
akan berusaha berpikir sedemikian rupa untuk menyelesaikan masalah dengan
sebaik mungkin mengikuti aturan yang telah dibuat. Dan hasil yang mungkin
didapakan adalah Anda akan memaku kotak korek api pada dinding dan meletakkan
lilin yang akan dibakar di atas kotak tersebut.
Keterbatasan
sebagian besar dari yang kita alami dalam mengevaluasi unsur-unsur dari masalah
ini adalah bahwa secara psikologis, kita terjebak dalam pola mental. Istilah pola mental yang mengacu pada kebiasaan
cara mendekati atau memahami masalah
Menghasilkan
dan Mengevaluasi Solusi Alternatif
Seringkali
sebuah masalah memiliki lebih dari satu solusi. Jadi tugas kita adalah menghasilkan
daftar kemungkinan solusi, mengevaluasi satu per satu dengan mencoba memperkirakan
apa efek atau konsekuensi yang akan dihasilkan, memilih solusi terbaik, dan
kemudian mengembangkan cara yang efektif untuk mengimplementasikannya.
Kita biasanya
mengunakan dua tipe umum strategi berpikir untuk menyelesaikan masalah, yaitu
algoritma dan heuristik. Algoritma adalah sistem berpikir sistematis yang
menjamin sebuah solusi yang tepat. Komputer umumnya menggunakan algoritma
karena komputer dapat dengan cepat mempertimbangkan banyak alternatif yang
diputuhkan oleh algoritma yang rumit. Berlawanan dengan Heuristic reasoning
yang didasari oleh strategi untuk meningkatkan kemungkinan dalam menemukan
solusi yang tepat namun tidak dapat menjaminnya. Teori
berpikir percaya bahwa kita menggunakan shortcut heuristik karena kapasitas
kita untuk menjaga ingatan dalam memori yang bekerja dan memprosesnya secara
nalar itu terbatas.
Faktor
Emosional dalam Pengambilan Keputusan
Kita
berpikir tentang pemecahan masalah semata-mata sebagai sebuah proses berpikir. Emosi kita memainkan peran
penting dalam pemecahan masalah.
Contoh
kasus : Mahasiswa
pertama kali diminta untuk melihat
sebuah
cuplikan film yang sedih tentang kematian dari seorang anak laki-laki dan film biasa tentang ikan tropis. Para peneliti
meminta siswa untuk menyelesaikan skala emosi mereka saat itu dan menemukan bahwa siswa yang
telah melihat film sedih merasa, seperti yang diharapkan, jauh lebih sedih
daripada mereka yang telah melihat cuplikan film biasa tentang ikan tropis. Maka siswa diberi stabilo set
berkualitas tinggi dan meminta mereka untuk memilih harga yang mereka akan
menjualnya kembali ke peneliti – sekitar dari 50 sen sampai $ 14. Siswa yang
telah melihat film biasa menetapkan harga rata-rata $ 4,50 untuk set stabilo.
Siswa yang telah melihat film sedih hanya memilih harga $ 3,20 - mungkin karena
mereka menilai stabilo set kurang berharga selama suasana hati sedih mereka
yang singkat. Sebuah film yang menarik-narik hati siswa mempengaruhi keputusan
yang mereka ambil.
Dalam
situasi lain, faktor-faktor emosional dan kognitif bekerja sama untuk
menentukan persepsi kita tentang risiko. Anda merasa lebih aman mengemudi di
mobil atau terbang dengan pesawat komersial ? Jika Anda seperti kebanyakan
orang, pesawat terasa lebih berisiko daripada mengemudi kendaraan, tapi
statistik berbicara, Anda akan jauh lebih aman di udara ( Menurut website dewan
keselamatan transportasi nasional AS
bahwa penerbangan AS membawa 629
juta penumpang pada tahun 2000, dengan hanya 92 korban jiwa).
Kreatif dalam Penyelesaian Masalah : Berpikir Konvergen dan Divergen
Kreativitas
sangat dihargai dalam budaya kita, tetapi adalah konsep yang sulit untuk
didefinisikan. Tidak ada definisi ilmiah tertentu yang telah diterima secara
luas di antara peneliti, dan ada jurang yang lebar antara cara-cara di mana
ilmuwan menentukan kreativitas dan cara kreativitas itu dianggap oleh
orang-orang dalam bidang seni. Kita dapat mendefinisikan kreativitas dalam
istilah yang umum, namun, sebagai kemampuan untuk menghasilkan
"Produk" (seperti bermain, solusi untuk masalah-masalah sosial,
puisi, sumber energi, simfoni, berguna, estetis indah, informatif, dan
sebagainya).
Kita
biasanya melihat kreativitas sebagai kemampuan individu atau atribut, mirip
dengan kecerdasan. Apa yang menentukan apakah individu tertentu kreatif ?
Konsep Guilford tentang berpikir konvergen dan divergen memberikan kerangka
kerja yang baik untuk memahami kreativitas. Berpikir konvergen adalah logis, faktual, konvensional, dan
berfokus pada masalah sampai solusinya ditemukan. saat Anda diminta untuk
memecahkan masalah aljabar, Anda menggunakan keterampilan berpikir konvergen
untuk memberikan jawabannya. Jika jenis pemikiran terdengar sudah biasa, ya
seharusnya. Pendidikan paling formal menekankan pengajaran dan penilaian
berpikir konvergen. siswa diajak untuk menemukan jawaban yang
"benar". Sebaliknya, berpikir
divergen kurang teratur, hanya
sebagian diarahkan, dan tidak konvensional. Tidak seperti berpikir konvergen,
berpikir divergen menghasilkan jawaban yang harus dievaluasi secara subjektif.
Contoh, jika kita diminta untuk membuat daftar banyak kemungkinan menggunakan
batu bata, ada kemungkinan bahwa beberapa jawaban kita akan unik dan
"kebenaran" jawaban ini akan menjadi tidak jelas. Dalam contoh ini, individu yang
membuat daftar penggunaan yang paling baru untuk objek yang umum, apakah mereka
"masuk akal" atau tidak, yang dianggap paling banyak adalah pemikir
divergen. Pemikir divergen, dengan kata lain, lebih mudah keluar dari pola
mental yang membatasi pemikiran kita. Dalam budaya kita, orang-orang yang baik
dalam pemikir divergen cenderung dianggap kreatif.
Kreativitas
individu juga mungkin hasil dari kecerdasan.Sebagian besar orang yang kita
anggap sebagai sangat kreatif juga sangat cerdas. Namun, kebanyakan peneliti di
bidang kreativitas percaya bahwa berpikir kreatif adalah batas tertentu yang
terpisah dari kecerdasan umum. Raaheim dan Kaufmann memberikan bukti bahwa
pemecah masalah novel yang berhasil berbeda dari pemecah masalah yang gagal
dalam jumlah usaha yang mereka buat daripada kecerdasan dasar mereka. Pemecah
masalah berhasil mencoba lebih banyak solusi untuk masalah sebelum menyerah.
Dalam studi klasik kreativitas, Anne Roe menemukan bahwa sekelompok ilmuwan
yang kreatif dan seniman berbagi hanya satu karakteristik umum yaitu kemauan
untuk bekerja sangat keras. Dimungkinkan untuk menjadi sangat kreatif tanpa
sangat cerdas.
Terlepas
dari kemampuan individu, bagaimana proses kreatif terjadi ? Bertahun-tahun yang
lalu, Wallas menyatakan bahwa kreatif dalam penyelesaian masalah biasanya
berhasil dalam empat langkah. Langkah pertama, persiapan, termasuk upaya awal
untuk merumuskan masalah, mengingat fakta-fakta yang relevan, dan berpikir
tentang solusi yang mungkin. Langkah kedua, inkubasi, adalah masa istirahat.
Wallas menggunakan istilah inkubasi untuk membandingkan solusi kreatif untuk
telur yang perlu diinkubasi untuk sementara waktu sebelum itu
"menetas".
Orang-orang
yang mencoba untuk memecahkan masalah yang memerlukan solusi kreatif umumnya
merasa perlu untuk menyisihkan masalah untuk sementara setelah periode
persiapan awal. Wallas percaya bahwa solusi kreatif diperlukan saat ini untuk
"inkubasi". Penelitian menunjukkan bahwa mencurahkan waktu untuk
persiapan dan inkubasi meningkatkan kreatif dalam penyelesaian masalah. Langkah
ketiga, disebut iluminasi, mengacu pada wawasan yang tiba-tiba yang berkaitan
dengan solusi. Langkah terakhir, verifikasi, melibatkan langkah yang diperlukan
tapi kadang-kadang antiklimaks dari pengujian solusi.
BAHASA
Pengantar
Bahasa
adalah salah satu hasil dari kecakapan kognitif yang dihasilkan manusia. Orang
lanjut usia, anak-anak belia, para penata busana, mahasiswa tingkat akhir,
dosen dalam sebuah universitas, kesemuanya menggunakan bahasa dalam setiap
harinya untuk berkomunikasi dengan orang lain. Jika tidak ada seorangpun yang
dapat mereka ajak bicara, maka mereka secara spontan berbicara kepada diri
mereka sendiri. Bahasa dalam pengertiannya, komunikasi informasi melalui
simbol-simbol yang disusun berdasarkan aturan sistematis (Feldman,326). Secara
singkat, bahasa adalah sebuah kode simbolik yang digunakan dalam komunikasi
(Lahey,277). Tidak hanya dalam komunikasi, bahasa juga terkait dengan setiap
cara kita memikirkan masalah dan memahami dunia. Tidak mengherankan, para
psikolog memberikan perhatian lebih dalam mempelajari bahasa karena tanpa
bahasa kemampuan kita untuk memahami informasi dan mendapatkan pengetahuan
terganggu.
Untuk
memahami bagaimana bahasa berkembang dan berkaitan dengan pikiran, kita pertama kali perlu melihat beberapa
elemen formal dari bahasa. Struktur bahasa terletak pada tata bahasa. Mengingat
fungsi bahasa adalah untuk mengatakan ‘sesuatu’ kepada seseorang, maka arti
‘sesuatu’ tersebut perlu dikomunikasikan melalui bahasa (sesuai tata bahasa). Misalkan Anda
ingin mengkomunikasikan kepada anak anda
bahwa 'pisang yang di atas rak'. Ide itu harus diterjemahkan ke dalam bahasa
kode dan dinyatakan untuk anak anda, yang harus menerima dan memahami itu
dengan menerjemahkan kembali ke ide yang sama. Dengan demikian, berarti ide
yang dikirim dari orang ke orang telah menjadi bahasa.
Struktur Bahasa
Sistem
bahasa manusia merupakan bahasa yang efesien. Sangat efesien dalam menempatkan
ingatan kita. Berhenti berpikir tentang pentingnya bahasa, dan coba
pertimbangkan seberapa banyak hal yang anda katakana dalam hidup. Fleksibilitas
bahasa yang luar biasa ini dihasilkan dari sejumlah aturan berbahasa yang
jumlahnya terbatas.
Semua
bahasa ini dicirikan dalam 4 hal yaitu :
1.
Fonologi
Fonologi
yaitu sitem suara dalam satu bahasa. Bahasa tersusun dari sejumlah suara dasar
ataufonem. Aturan-aturan fonologi memestikan bahwa urutan suara tertentu
terjadi (contohnya Zx atau Ap) (khul,et al,2006,stoel-gammon and sosa,2007)
contoh fonem dalam bahasa Inggris adalah /k/ suara yang ditampilkan oleh huruf k dalam bahasa ski dan huruf c dalam
kata cat. /K/ di deskripsikan sebagai
sebuah fonem tunggal daam bahasa Inggris. Dalam beberapa bahasa variasi
menghasikan fonem yang berbeda.
1.
Morfologi
(morphology)
Morfologi
yaitu aturan pembentukan kata dalam bahasa. Setiap kata dalam bahasa Inggris
terdiri atas satu atau lebih morfem. Sebuah morfem adalah unit terkecil dalam
bahasa yang membawa makna tertentu.
Beberapa kata terdiri atas beberapa morfem tunggal , contohnya help. Dan kata yang terdiri atas
beberapa morfem contohnya helper yang memiliki 2 morfem yaitu help+er. Morfem er berarti “seorang yang” dalam kasus ini “orang yang membantu”.
Tidak semua morfem merupakan kata, contohnya p-er-,-tion dan–ing. Aturan fonologi memestikan bahwa urutan suara
tertentu terjadi, morfem mengatur rangkaian suara yang terjadi dalam urutan
tertentu.
2.
Sintaksis
(syntax)
Sintaksis
adalah aturan dalam sebuah bahasa dalam melakukan kombinasi kata untuk
membentuk frasa dan kalimat yang dapat diterima ( Chang,dell& Bock,2006).
Contohnya bila seseorang berkata “John mencium Emily” atau “Emily mencium Jhon”
maka kita dapat menyimpulkan siapa yang mencium dan siapa yang dicium.
3.
Simantik
(semantics)
Simantik
yaitu makna kata-kata dalam bahasa tertentu. Setiap kata memiliki seperangkat
ciri-ciri simantik yang unik (Wax Man 7 Lidz,2006). Contohnya Girl dan Woman
memiliki banyak cirri simantik yang sama maksudnya keduanya sama-sama
menandakan orang yang berjenis kelamin wanita, tetapi mereka berbeda secara
simantik dalam kaitan usia. Kata-kata memiliki batasan-batasan simantik tentang
bagaimana mereka digunakan dalam kalimat-kalimat. Contohnya kalimat “Sepeda
berbicara pada anak itu untuk membeli sebuah permen” , dalam hal ini dijelaskan
secara sintaksis tepat, namun secara simantik kalimat ini melanggar pengetahuan
semantic karena sepeda tidak dapat berbicara.
Perkembangan Bahasa : Mengoceh
Bagi
orang tua,suara dari bayi mereka yang mengoceh dan berdekut adalah musik bagi
telinga mereka (kecuali, mungkin pada jam 3 dini hari). Ketika mengoceh, mereka
menghasilkan suara yang tidak hanya ditemukan dalam bahasa sehari-hari oleh
orang di sekeliling mereka. Bahkan anak tuna rungu juga memperlihatkan bentuk
ocehan mereka, bagi bayi yang tidak dapat mendengar mereka diperkenalkan bahasa
isyarat sejak bayi,”ocehan” dengan tangan mereka.
Meskipun
demikian, setelah usia 6 hingga 8 bulan, kemampuan tersebut menurun. Bayi mulai ahli dalam bahasa yang dikenalkan
pada mereka karena neuron diotak mengorganisasi secara rutin untuk merespon
fonem tertentu.
Pada
usia sekitar 1
tahun, mereka mampu mengahasilkan kata-kata singkat dengan suara awal konsonan b, d, m, p, dan t.
Hal ini menjelaskan mengapa kata mama dan dada adalah kata pertama yang sering
diucapkan oleh bayi.
BERPIKIR DAN BAHASA
Pengaruh
Bahasa terhadap Pikiran
Bahasa
adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu didalamnya, yaitu segala sesuatu
mampu termuat dalam lapangan pemahaman manusia. Oleh karena itu memahami bahasa
akan memungkinkan untuk memahami bentuk-bentuk pemahaman manusia. Bahasa adalah
media manusia untuk berpikir secara abstrak dimana objek-objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol bahasa yang abstrak.
Dengan adanya transformasi ini maka manusia dapat berpikir mengenai tentang
sebuah objek, meskipun objek itu tidak terinderakan saat proses berpikir itu
dilakukan olehnya (Suriasumantri, 1998).
Ernst
Cassier menyebut manusia sebagai animal symbolicum, makhluk yang menggunakan
simbol. Secara generik ungkapan ini lebih luas daripada sekedar homo sapiens.
Bagi Cassier, Keunikan manusia sebenarnya bukanlah sekedar terletak pada
kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada kemampuannnya berbahasa. Seorang
filsuf kenamaan,
H.G. Gadamer, menyatakan bahwa status manusia tidak dapat melakukan apa-apa
tanpa menggunakan bahasa. Dalam satu pernyataannya yang terkenal, secara jelas
pula seorang filosof bahasa, Ludwid Van Wittgenstein, mengatakan bahwa batas
dunia manusia adalah bahasa mereka (Sumaryono, 1993). Sebuah uraian yang cukup
menarik mengenai keterkaitan antara bahasa dan pikir dinyatakan oleh Whorf dan
Saphir. Whorf dan Sapir melihat bahwa pikiran manusia ditentukan oleh sistem
klasifikasi dari bahasa tertentu yang digunakan manusia (Schlenker, 2004).
Menurut hipotesis ini, dunia mental orang Indonesia berbeda dengan dunia mental
orang Inggris karena mereka menggunakan bahasa yang berbeda. Hubungan antara
bahasa dan pikiran adalah sebuah tema yang sangat menantang dalam dunia kajian
psikologi. Sejarah kajian ini dapat ditilik dari psikolog kognitif, filosuf dan
ahli linguistik. Hipotesis Whorf dan Sapir menyajikan sesuatu yang sangat
menantang untuk ditelaah lebih lanjut. Beberapa aspek bahasan yang mempengaruhi
pikiran perlu diidentifikasi lebih lanjut, misalnya identifikasi aspek bahasa
yang mempengaruhi penalaran ruang bidang (reasoning spatial) dan aspek bahasa
yang mempengaruhi penalaran terhadap pikiran lain (reasoning about other
minds). Sapir dan Worf mengatakan bahwa tidak ada dua bahasa yang
memiliki kesamaan untuk dipertimbangkan sebagai realitas sosial yang sama.
Sapir dan Worf menguraikan dua hipotesis mengenai keterkaitan antara bahasa dan
pikiran.
1. Hipotesis
pertama adalah lingusitic relativity hypothesis yang menyatakan bahwa perbedaan struktur bahasa secara umum
paralel dengan perbedaan kognitif non bahasa (nonlinguistic cognitive).
Perbedaan bahasa menyebabkan perbedaan pikiran orang yang menggunakan bahasa
tersebut.
2. Hipotesis
kedua adalah linguistics determinism yang menyatakan bahwa struktur bahasa
mempengaruhi cara inidividu
mempersepsi dan menalar dunia perseptual. Dengan kata lain, struktur kognisi
manusia ditentukan oleh kategori dan struktur yang sudah ada dalam bahasa.
Berpikir
dan bahasa erat terkait dengan fenomena. Meskipun kita
sering berpikir dalam gambar visual, suara, dan gambar gerakan-dan beberapa pemikiran mungkin melibatkan gambar tidak sadar sama sekali - jauh
pemikiran kita berlangsung dalam bentuk percakapan diam dengan diri kita
sendiri. Jika hal ini benar, apakah bahasa
mengerahkan
pengaruh pada
pemikiran kita?
Jika demikian,
ada kemungkinan bahwa
orang-orang yang
berbicara bahasa yang berbeda
mungkin berpikir
agak berbeda.
Hipotesis ini
dinyatakan oleh Benjamin Whorf (1956) dan dikenal dengan Hipotesis
Whorfian,atau Hipotesis Relativitas
Bahasa. Meskipun Whorf tidak terlalu fokus dengan dampak dari bahasa yang
berbeda dalam pikiran orang-orang dari budaya yang berbeda, contoh konkretnya tentang bagaimana ini bisa
terjadi secara umum memperhatikan hubungan antara bahasa dan persepsi. Sebagai
contoh, suku Eskimos memiliki beberapa kata untuk mengungkapkan salju dan dapat
menggambarkan berbagai jenis salju yang berbeda , katakanlah, warga
abadi dari Florida.
Apakah fakta bahwa suku Eskimos memiliki lebih banyak kata untuk menggambarkan
jenis salju yang berbeda- berarti bahwa
tambahan kata-kata mereka mengubah persepsi
mereka terhadap salju ? Whorf mengusulkan bahwa keberadaan kata-kata ini
dalam kosakata suku Eskimos mengubah persepsi visual. Itu terlihat paling sedikit masuk akal untuk
mengasumsikan bahwa suku Eskimos pertama-tama belajar untuk melihat lapisan perbedaan
antara kata-kata yang bervariasi tentang salju dan setelah itu menjadikan
sebuah kosakata untuk dibicarakan diantara mereka dan yang lainnya.
Tes dari Whorfian, atau relativitas
bahasa, hipotesis ditampilkan dengan sebuah percobaan berdasarkan fakta yang
pada setiap bahasa mengandung istilah yang merujuk kepada “tipe kepribadian”
yang penting disetiap kebudayaan. Sebagai contoh,kebanyakan dari kita mengerti
bahwa “tipe artistik” adalah seorang yang tertarik pada bidang seni, imajinasi,
kuat/tajam, suasana hati, dan tidak biasa. Setiap bahasa mengandung seperti
istilah, tetapi tidak setiap bahasa memiliki istilah untuk menggambarkan tipe
kepribadian yang sama. Sebagai contoh, bahasa Cina tidak memiliki istilah untuk
tipe artistik, namun bahasa Cina mengandung penamaan untuk tipe kepribadian
lain yang tidak ditemukan dalam bahasa Inggris. Contoh, tipe “shēn cha̒ng bū
lò̀u” diakui oleh orang yang berbicara dalam bahasa Cina menjadi seseorang
yang sangat berpengetahuan namun juga sangat malu dimana seseorang itu enggan
untuk mengungkapkan pengetahuan atau ketrampilannya
kecuali benar-benar diperlukan.
Hipotesis Whorfian menyarankan bahwa
penamaan untuk tipe personaliti mempengaruhi bagaimana kita berpikir tentang
orang. Apakah benar mereka seperti itu ? Pembicara fasih dari Inggris membandingkan
ingatan mereka untuk, dan penalaran tentang, hipotesis orang yang memiliki tipe
kepribadian digambarkan dengan percobaan. Individu yang memiliki bahasa yang
mengandung penamaan untuk tipe kepribadian tertentu digambarkan dengan
percobaan yang dapat menarik hipotesis orang lebiih mudah dan pikiran tentang
mereka dengan cara yang lebih konsisten dengan tipe kepribadian. Contoh,
peserta penelitian berbicara-bahasa Inggris mengingat karakteristik dari
hipotesis orang digambarkan sebagai astistik lebih sering dan beralasan
tentang tipe artistik dalam cara yang dicerminkan
gambaran
tentang kepribadiannya lebih akurat daripada peserta penelitian berbicara-bahasa Cina. Sesuatu yang
berlawanan ini benar tentang tipe shēn ca̒ng bū lòu. Dalam hal ini, kata-kata
dalam bahasa kita tampaknya mempengaruhi pikiran kita.
Relativitas bahasa menuntun kita
untuk menguji kembali beberapa penggunaan bahasa yang umum. Oranng-orang focus
tentang keadilan gender yang telah melobi substitusi dari istilah gender-netral
untuk istilah kemaskulinan yang tidak biasa,seperti pada kasus perubahan chairman menjadi chairperson. Jika Whorf benar, penggunaan chairman mungkin dengan halus mempengaruhi cara kita berpikir
tentang kampuan dari perempuan untuk layak dalam
peran kepeminpinan. Meskipun beberapa perubahan awalnya terlihat aneh untuk sebagian orang (server menjadi waiter
atau waitress), mereka
tampaknya akan dengan cepat berbicara
melalui penggunaan umum.
Bahasa
Binatang : Dapatkah Kita Berbicara dengan Hewan ?
Meskipun manusia
memiliki bahasa paling fleksibel dan
bahasa simbolik untuk proporsi berkomunikasi, kita tidaklah satu-satunya
spesies yang dapat berkomunikasi. Lebah, contohnya, menggunakan sebuah sistem
sedehana namun elegan untuk mengkomunikasikan pesan seperti bunga-bunga
mengandung sebuah persediaan nectar sekitar
200 meter dari garis yang dan 20 derajat ke selatan dari sudut matahari.
Lebah yang menemukan nectar memberitahu lebah lain tentang nektar tersebut
tidak melalui perkataan atau tulisan tapi melalui tarian simbolik. Nahhh, itu tadi sedikit pembahasan tentang KOGNISI dan BAHASA. Semoga bermanfaat >_<
How To Make Money On Sports Betting
BalasHapusOnline sports betting is https://vannienailor4166blog.blogspot.com/ available for a whole host of https://deccasino.com/review/merit-casino/ US หารายได้เสริม and European sports betting sol.edu.kg markets. Some US casinosites.one states, like Louisiana and New Jersey, allow