Assalamualaikum, selamat malam, hallo hai...
Ini merupakan cerpen pertama saya. Semoga pembaca suka.
Selamat membaca, ~
Biarkan angin
Relakan angin
Angin. . .
“Div, ntar
pulang kuliah mau ke mana ?”
Hening.
“Div..”
“Div..”
Hening.
“Woy Div..!!!” (berteriak sambil menepuk bahu
sosok yang dipanggil)
“Haaiisshh, bisa
gak kebiasaan buruk kamu itu dibuang? Manggil tuh biasa aja ! Gak perlu pake
nepuk.”
“Ya habisnya kamu ditanyain diam aja sih,
yaudah aku tepuk aja. Hehee...”
“Kamu belum
jawab pertanyaan aku Div, Kamu pulang kuliah mau ke mana?”
“Gak ada. Aku
mau langsung pulang aja. Capek”.
“Gak gaul banget
sih hidup kamu. Jalan kek
sekali-sekali.”
“Capek ah jalan,
enakan tidur.”
“Dasar kebo. Pantesan
aja kamu gak pernah punya pacar”
“Kamu juga sekarang
lagi gak punya pacar, padahal sering jalan”
“Tapikan aku
pernah pacaran, sedangkan kamu se...”
“Sekali aja belum
pernah. Kamu mau cari yang gimana sih Div ? Dokter ? Pengusaha ? Pejabat ? Kamu
normal kan Div ? Apa aku harus bawa kamu ke psikolog ?”
“...”
“Aku udah hapal
kalimat kamu Tha. Kita udah terlalu sering bahas masalah ini.”
“Oke, aku gak
akan bahas lagi. Aku gerak duluan ya. Mau jemput mama aku.”
Angin membawaku ke mana ia pergi
Angin
membawaku ke mana ia mau
Angin...
Radiva Mahesa. Cewek berusia dua puluh
satu tahun. Tidak hanya cantik di luar, tetapi juga cantik di dalam. Sosok yang
mudah disukai oleh seluruh kalangan mulai dari bayi, anak-anak hingga dewasa.
Aktif dalam berbagai organisasi baik di luar maupun di dalam kampus. Sempurna.
Kata itu mungkin sangat tepat untuk mendeskripsikan sosok Radiva. Tapi tidak
buat aku. Diva tidak sesempurna yang kalian bayangkan. Diva hanya terlihat
sempurna.
Ada banyak cerita yang membentuk ia
menjadi sosok yang terlihat sempurna itu. Mungkin kalau aku jelasin di sini,
kalian gak akan percaya dengan itu semua. Tapi memang begitulah adanya. Diva
yang terlihat sekarang adalah hasil dari apa yang telah terjadi pada dirinya
beberapa tahun yang lalu . Aku sendiri juga masih belum percaya dia bisa tumbuh dewasa seperti
sekarang. Ah tapi sudahlah, aku tak ingin mengungkit masa lalu dia.
Diva itu sahabat aku. Kami
bersahabat sejak duduk di kelas dua SMP. Hingga sekarang persahabatan kami
sudah terjalin selama hampir tujuh tahun. Aku pernah dengar, konon kabarnya,
kalau persahabatan sudah terjalin selama tujuh tahun bakalan awet sampai kakek
nenek. Hehee, aku sih senang banget. Gak ada ruginya aku sahabatan sama dia,
bahkan selalu untung. Diva selalu ada saat aku butuhin, buat dengerin segala
curhatan aku, ah aku ralat, bukan hanya curhatan aku tapi juga curhatan teman-teman yang lainnya. Dia
selalu rela dijadiin ‘tong sampah’ buat kami; para ‘pembuang sampah’. Mulai
masalah keluarga, masalah kuliah, tugas kampus sampai masalah percintaan selalu
aja ditampung sama Diva. Ajaib memang tuh anak. Padahal pengalaman dia dalam
masalah percintaan minim banget. Gak tau deh tuh anak belajar di mana.
“Div, udah kali
Div, ngapain sih kamu tampungin juga masalah anak lain? Kamu udah kaya biro psikologi
tau gak. Emang kamu gak repot Div? Lagian itu masalah percintaan tahu dari mana
sih kamu ? Kaya udah bener aja solusi yang kamu kasih.”
Diva tersenyum.
“Kamu sahabat aku. Mereka temen-temenku. Aku tau, aku bakalan repot sama
masalah kalian semua. Tapi Tha, kamu kan pernah bilang ‘gak temenan namanya
kalau gak ngerepotin’. Prinsip itu masih berlakukan?”
Kalau Diva udah ngomong gitu, aku
cuma bisa mingkem. Dia selalu sukses
buat aku tutup mulut. Kalimat yang pernah gak sengaja keluar dari bibir aku itu
ternyata tertanam dalam memori dia. Aku kalah. Oh tidak, aku belum kalah. Diva
belum jawab pertanyaan aku selanjutnya.
“Untuk masalah
percintaan, walaupun pengalaman aku gak sebanyak pengalaman kamu, tapi aku
masih bisa belajar dari pengalaman orang lain kan? Masalah yang diceritain ke
akukan gak hanya satu macam. Nah, dari berbagai masalah yang aku terima itu aku
cari titik masalah yang dapat aku jadikan jawaban atau solusi buat masalah
lainnya.”
Oke Diva, aku kalah.
Kalian mau tahu apa alasan Diva
masih sendiri sampai saat ini ? Kalian pasti mikir kalau dia gak normalkan ?
Kalian salah. Dia seratus persen normal. Kenapa aku seyakin itu ? Yaiyalah, dia
sahabat aku. Jelas aku yakin sama dia. Alasan dia masih sendiri karena dia
sedang menunggu seseorang. Seperti yang sudah aku jelasin di atas, Diva begitu
karena kejadian masa lalu dia. Dia sedang menunggu seseorang.
Aku yakin angin tidak akan mengecewakanku
Aku
yakin ia akan membawaku pada kebahagiaan
Aku
teramat yakin kepada angin
Seperti
keyakinanku kepadamu
“Aku akan
berangkat minggu depan”
“Kapan kamu
balik?”
“Aku belum tahu,
tapi aku janji. Ketika aku sukses nanti, aku akan datang dan menemui orang tua
kamu. Aku akan menjadi orang pertama dan terakhir dihidup kamu. Seperti harapan
kamu sama aku.”
“Kamu gak perlu
janji sama aku. Aku gak mau berharap dengan janji kamu. Kamu balik dengan
selamat, aku udah senang.”
“Engga, pokoknya
aku janji.”
Kadang aku bingung sama Diva. Kenapa
dia masih betah menunggu yang gak pasti. Aku sih kalau kaya gitu udah gak
yakin. Ah, mulut lelaki, ketika jauh siapa yang percaya. Tapi si Diva ini.
Salut dah buat tuh anak. Kalian tahu jawaban dia apa ketika aku tanya kenapa
dia masih menunggu?
“Detha Allisya,
aku bukan hanya sekedar menunggu dia kembali untuk menepati janji dia. Aku
menunggu dia karena aku menghargai dia yang rela berjanji untukku. Menjaga
janji itu berat Tha, izinkan aku meringankan sedikit beban janji dia.”
Mulianya kamu nak.
“Tha, aku pengen
cerita sama kamu.”
“Cerita apa?
Tumben.”
“Kamu masih
ingat kapan terakhir kali Bintang menghubungi aku?”
“Kalau gak
salah, terakhir dia hubungi kamu akhir semester satu lalu ya?”
“Yap, kamu
benar.”
“Tapi Diva,
sekarang kita sudah semester tujuh. Kejadian langka itu sudah terjadi lebih
dari dua tahun yang lalu”
“...”
“Udahlah Div,
dari pada kamu masih nunggu Bintang yang jelas-jelas tak pernah memberi kamu
kabar. Lebih bagus kamu terima aja si Rio.”
“Gak bisa Tha.
Aku...”
#################################################################################
Nah... penasaran sama kelanjutan ceritanya ?
Silahkan cek di sini ...
#################################################################################
Nah... penasaran sama kelanjutan ceritanya ?
Silahkan cek di sini ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar