KELOMPOK 3
“MINIATUR RUMAH COKLAT”
v Dinda Sundari (131301089)
Mata kuliah kreativitas merupakan mata kuliah penuh tantangan. Suasana
kelas dan materi perkuliahan dibuat sedemikian menarik agar esensi kreatif
muncul di dalamnya. Hal ini supaya kita senantiasa menggali dan memaksimalkan
potensi diri untuk hasil yang baik di kemudian hari. Kita senantiasa dirangsang
untuk dapat berpikir dan bertindak secara kreatif dalam berbagai hal, dari yang
paling kecil seperti memecahkan masalah sehari-hari sampai kepada munculnya
ide-ide kreativitas yang original.
Salah satu tugas yang harus dipenuhi pada mata kuliah kreativitas ini
adalah performa kreativitas yang dilakukan secara berkelompok. Kelas dibagi ke
dalam sepuluh kelompok. Masing-masing kelompok terdiri atas 4-5 orang. Kemudian
masing-masing kelompok diharuskan untuk membuat ide kreativitas yang original,
yang nanti akan dipresentasikan di kelas dalam wujud performa kreativitas.
Tugas ini terdiri atas tiga bagian:
1.
Posting
tentang performa kreativitas dikaitkan dengan teori kreativitas.
2.
Performa
kreativitas dalam bentuk presentasi di depan kelas dengan menampilkan
performanya.
3.
Evaluasi
performa kreativitas setelah selesai menampilkan performa dan mendapat feedback
dari dosen pengampu dan teman-teman audience.
A.
Teori tentang proses kreatif dikaitkan dengan performa yang akan ditampilkan kelompok
·
Teori
Wallas
Teori Wallas menyatakan bahwa proses kreatif
meliputi empat tahap:
1. Persiapan,
yaitu mempersiapkan diri dalam memecahkan permasalahan yang muncul. Pada tahap ini, berbagai ide atau gagasan muncul dan
berbeda-beda setiap individunya. Awalnya, ada dua ide muncul dalam kelompok
kami, yaitu membuat video dan menampilkan drama.
2.
Inkubasi, yaitu tahap dimana untuk sementara waktu
tidak memikirkan masalah yang muncul. Setelah berhasil menemukan beberapa
ide, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak dan membiarkan ide-ide tersebut
beku, karena kami juga masih
bingung pada saat itu.
3.
Iluminasi, yaitu tahap timbulnya insight atau inspirasi atau gagasan baru. Setelah
melewati tahap inkubasi, kami memutuskan untuk berdiskusi lagi karena deadline sudah di depan mata. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk membuat
produk dari olahan coklat, yang
sebenarnya berbeda jauh dari ide awal kami.
4. Verifikasi,
yaitu tahap evaluasi dimana ide atau gagasan yang ditemukan diuji kerealitasannya. Tahap verifikasi berlangsung tidak lama setelah proses iluminasi, dimana ide atau gagasan yang kami
sepakati diperjelas dengan membuat
produk olahan coklat yaitu membuat “miniatur rumah coklat”
·
Teori Pemecahan Masalah Menurut
Shallcross
Teknik
pemecahan masalah secara kreatif yang dikemukakan oleh Shallcross (1985) meliputi lima tahap, yaitu:
1.
Orientasi.
Pada tahap ini, masalah dirumuskan atau mulai menentukan tujuan, dalam hal ini
adalah karena adanya pemberian tugas dari dosen
mata kuliah kreativitas tentang membuat
perform dalam kelompok.
2.
Persiapan
Pada tahap persiapan,
kami menghimpun
semua fakta yang sudah
diketahui mengenai
masalah dan mulai mengumpulkan
data. Karena adanya tugas dari
dosen, maka kami mulai mencari ide untuk perform.
3.
Penggagasan
Pada tahap penggagasan, kami mulai menerapkan cara berpikir
divergen untuk menghasilkan gagasan sementara pemecahan
masalah. Pada tahap ini, mulai memikirkan konsep apa yang ingin dihadirkan dalam perform. Ada tiga ide kami, yaitu membuat video, menampilkan drama, dan membuat produk “miniatur
rumah cokelat”.
4.
Penilaian
Pada tahap penilaian, kami menerapkan cara berpikir konvergen, yaitu menyeleksi gagasan yang paling baik untuk dilaksanakan, dengan mempertimbangkan kelayakan dari setiap gagasan, yaitu dengan membuat matriks.
Matriks gagasan dan kriteria penilaian gagasan
Ketentuan
penilaian:
5 = baik
sekali 3 = cukup
baik 1
= sangat kurang
4 = baik 2 = kurang baik
IDE
|
ORIGINALITAS
|
WAKTU
PEMBUATAN x 3
|
BIAYA
|
EKSPEKTASI
|
JUMLAH
SKOR
|
PRODUK RUMAH COKLAT
|
4
|
4
|
3
|
4
|
23
|
BUAT FILM PENDEK
|
3
|
2
|
4
|
3
|
16
|
BUAT
DRAMA
|
2
|
3
|
2
|
4
|
17
|
Dari tabel tersebut,
didapat hasil skor tertinggi ada pada
produk “rumah coklat”
5.
Pelaksanaan
atau implementasi
Tahap pelaksanaan atau implementasi
merupakan tahap terakhir dalam proses pemecahan masalah secara kreatif, yang nanti akan dilaksanakan setelah UTS.
B.
KONSEP
PERFORMA
Pada awalnya kelompok kami tidak mendapatkan ide yang cukup “wow” untuk memenuhi tugas performa ini. Ide dari setiap anggota
bermuculan. Kebingungan ini mengarahkan kami kepada proses pemecahan masalah.
Melalui tahapan proses pemecahan masalah akhirnya kami menemukan solusi. Berdasarkan keputusan bersama akhirnya kami memutuskan menampilkan
performa membuat “miniatur
rumah coklat” yang
sebelumnya produk tersebut sudah kami buat terlebih dahulu di rumah, kemudian
saat presentasi kami menampilkan hasil “miniatur rumah coklat” di depan kelas,
diikuti dengan demo singkat, video pembuatan, dan bagi-bagi coklat
kepada audience.
Memasuki performa penampilan di depan kelas,
perencanaan awal adalah pembagian tugas anggota yang berjumlah lima orang.
Salah satu anggota kelompok terlebih dahulu menjelaskan tentang teori 4P dan
teori pemecahan masalah Shallcross. Selesai penjelasan, dua di antara anggota yang tersisa kemudian
melakukan demo pembuatan produk di depan kelas. Salah satu anggota terlebih dahulu menyiapkan meja
dan perlengkapan untuk demo di depan kelas. Sembari demo, diputar juga video pembuatan “miniatur rumah coklat”. Kemudian pada akhir
demo, beberapa anggota membagikan
hasil produk yang telah jadi
kepada audience.
C.
ALAT DAN BAHAN
Bahan:
ü
Coklat batang: dark coklat 1 kg dan lemon coklat 125 gram
ü
Biskuit marie susu 3 bks besar
ü
Cha-cha secukupnya
ü
Air untuk menge-tim
coklat
ü
Wafer
ü
Biskuit
kopi
Alat :
ü Heater
ü
Loyang
ü
Pisau
ü
Plastik
ü
Mangkuk aluminium
ü
Karton
ü
Kertas manila
ü
Selotip
D.
CARA PEMBUATAN
1. Memastikan
alat dan bahan sudah lengkap
2. Memanaskan
air dalam heater, sementara air dipanaskan coklat dipotong kecil agar lebih mudah meleleh dan
letakkan di wadah aluminium.
3. Haluskan
biskuit sebagai campuran coklat.
4. Setelah
air mulai mendidih buka tutup heater kemudian letakkan wadah berisi potongan
coklat diatasnya (di tim)
5. Aduk
coklat agar meleleh dengan sempurna.
6. Setelah
meleleh, campurkan biskuit yang sudah dihaluskan kedalam coklat dan aduk
merata.
7. Tuangkan
adonan coklat dan biskuit kedalam loyang dan dibentuk lempengan tipis.
8. Masukkan
loyang kedalam lemari pendingin
9. Setelah
adonan mengeras, keluarkan dari lemari pendingin dan biarkan terbuka beberapa
menit agar lebih mudah ketika dipotong.
10. Potong
coklat biskuit sesuai dengan ukuran dan bentuk rumah yang diinginkan seperti
dinding dan atap.
11. Satukan
potongan coklat biskuit pembentuk rumah
dengan coklat yang sudah di tim sebagai perekatnya, kemudian tunggu beberapa
menit sampai benar-benar rekat.
12. Setelah
tergabung semua, lapisi kembali coklat biskuit yang sudah berbentuk rumah
dengan coklat yang sudah di tim.
13. Kemudian
tim coklat lemon sebagai hiasan rumah, atap, dan pintu. Tempelkan juga cha-cha
dengan coklat sebagai hiasan rumah.
14. Setelah
semua tergabung, masukkan kembali rumah coklat kedalam lemari pendingin agar
pereketnya semakin kokoh.
15. Siapkan
karton yang sudah dilapisi kertas manila sebagai landasan rumah coklat.
16. Susun
roti diatas karton sabagai tanah untuk rumah coklat.
17. Susun
wafer membentuk pagar.
18. Kemudian
Letakkan rumah coklat landasan tersebut
E.
TANTANGAN
Tantangan merupakan bagian-bagian yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan performa
produk “miniatur rumah coklat” agar hasilnya maksimal dan sesuai yang di-harapkan. Tantangan dalam membuat produk “miniatur rumah coklat”
ini antara lain:
·
Waktu pembuatan
Rumah coklat
harus dalam keadaan fresh. Jika dibuat
terlalu cepat, kami
takut rumah coklat tidak fresh
lagi. Jika dibuat dekat-dekat waktu yang ditentukan, kami takut tidak dapat
menyelesaikannya dengan
maksimal.
·
Tempat
Pembuatan
Tempat pembuatan juga menghadirkan dilema. Untuk menentukan di mana
kami akan membuat rumah coklat, kami sangat bingung karena empat orang dari
kelompok kami merupakan anak kos
yang tidak memiliki
lemari es, karena dalam membuat “miniatur rumah coklat” memerlukan lemari es
sebagai alat
pembuatannya. Ada satu orang yang tidak kos namun rumahnya terlalu jauh untuk dijangkau. Kami berpikir untuk
membuatnya di kampus, tetapi
kampus juga tidak ada
lemari es. Oleh karena itu, kami harus meminta bantuan pada seorang teman sekelas kami yang rumahnya cukup dapat dijangkau dari kampus dan memiliki lemari
es.
·
Alat dan
Bahan
Ada beberapa alat yang ternyata anggota kelompok tidak memilikinya. Sehingga kami berusaha untuk meminjam dari teman-teman
sekelas.
·
Proses
Pembuatan
Karena hanya salah seorang dari anggota kami yang sudah pernah membuat “miniatur rumah coklat”
sebelumnya, maka performa ini menghadirkan tantangan
bagi anggota kelompok lain yang belum pernah membuatnya.
F.
Proses yang terjadi selama pembuatan
Setelah ditentukan bahwa performa kelompok kami akan
dilakukan pada tanggal 04 desember 2014, seminggu sebelumnya kami telah
melakukan diskusi untuk menentukan pada hari apa kami akan membuatnya. Kami harus menyesuaikan waktu pembuatan
dengan jadwal kuliah, dan kami juga harus menyesuaikan waktu tersebut dengan
waktu mengerjakan tugas-tugas kuliah yang harus dikumpul minggu itu juga. Dan akhirnya kami
mendapatkan waktu yang tepat yaitu pada hari selasa tanggal 02 desember 2014. Setelah menetukan hari apa kami akan
membuatnya, kami juga harus menentukan pada pukul berapa kami akan mulai
membuatnya. Akhirnya kami sepakat bahwa kami akan memulainya pada pukul 09.00
WIB dan berkumpul di
kampus pada pukul 07.30 WIB.
Pembuatan produk dilakukan di rumah salah seorang teman sekelas kami, bernama Hotma, karena
rumahnya cukup dapat dijangkau dari kampus dan memiliki lemari es. Setelah kami berbicara dengannya, akhirnya dia mengizin-kan kami untuk mengerjakan produk kami di rumahnya.
Awal proses pembuatan yaitu
memotong balok coklat pada ukuran kecil. Hal ini dilakukan agar coklat lebih
cepat dilelehkan (ditim). Pelelehan coklat memerlukan waktu lima belas menit. Selama proses pelelehan
coklat, ada anggota yang menghaluskan biskuit dan ada yang memotong-motong coklat. Penghalusan biskuit membutuhkan
waktu sekitar dua puluh menit. Dibutuhkan kesabaran selama proses penghalusan
untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Setelah biskuit halus kemudian
dicampurkan dalam coklat yang masih ditim sembari diaduk rata. Setelah diaduk
rata, maka masukkan ke dalam cetakan. Ratakan adonan sampai seluruh permukaan loyang tertutupi, kemudian masukkan ke dalam lemari
es. Dalam meratakan
adonan, diperlukan keuletan tangan dan kesabaran, jika tidak permukaan adonan bisa jadi tidak rata.
Pendinginan dilakukan agar coklat kembali keras dan dapat dipotong sesuai
bentuk yang diharapkan. Proses pendinginan membutuhkan waktu sekitar lima menit.
Setelah dingin, coklat
dikeluarkan dari cetakan. Namun coklat tidak dapat langsung dipotong, sebab
jika dipotong maka coklat dapat mudah
hancur karena masih
dalam kondisi sangat
padat dan beku. Coklat harus ditunggu sampai sesuai dengan suhu ruangan
kemudian dapat dipotong sesuai bentuk yang diharapkan. Pemotongan coklat juga
tidak dapat dilakukan dengan mudah. Diperlukan kemampuan motorik halus yang baik agar coklat tidak patah saat dipotong.
Setelah coklat dipotong sesuai
bentuk yang diharapkan, kemudian
potongan coklat disatukan sesuai pola yang ingin dibuat yaitu balok coklat.
Perlu ketelitian agar coklat dapat merekat dengan baik dan tidak ada retak pada
coklat untuk menjaga hasil yang diharapkan. Setelah direkatkan dan pola
terbentuk, kemudian masukkan
kembali ke dalam lemari es agar
kondisi bangunan yang terbentuk tetap stabil. Proses ini juga berlaku dalam
pembuatan atap maupun gedung atau pola-pola lainnya. Setelah semua bangunan cokelat telah selesai, maka finishing menjadi penutup dalam membuat produk “miniatur
rumah coklat”. Di sini kami menggunakan coklat cha-cha dan coklat lemon yang dicairkan untuk menghiasnya. Diperlukan keuletan dalam menghias bangunan coklat ini agar tampak rapi dan indah.
G.
Kendala
yang Dihadapi
·
Waktu
Pembuatan
Kami telah
menentukan bahwa kami akan berkumpul di kampus pada jam 07.30 WIB. Namun beberapa
orang ada yang tidak datang tepat waktu karena kendala saat di perjalanan. Kami menunggu teman-teman
hingga pukul 08.30 WIB. Satu orang dari anggota memutuskan untuk langsung pergi ke rumah
Hotma karena jarak rumahnya cukup dekat.
Kami
memperkirakan bahwa kami akan menyelesaikan rumah coklat tersebut sebelum pukul
13.00 (estimasi waktu pengerjaan sekitar 4 jam pembuatan), namun
kenyataannya tidak bisa. Padahal kami ada jadwal kuliah pada pukul 13.00 WIB. Setelah berunding
kami bersepakat untuk tidak datang kuliah pada hari itu. Kebetulan kami semua
belum pernah mengambil jatah absen
pada mata kuliah tersebut. Produk akhirnya dapat terselesaikan pada pukul 15.00 dengan waktu pengerjaan sekitar 6 jam (telat 2 jam
dari estimasi waktu yang
ditentukan)
·
Alat dan
Bahan
Sehari sebelum
pembuatan kami telah membagi tugas untuk membawa alat yang diperlukan, namun
pada hari tersebut kami lupa unutk membawa mangkuk alumunium. Akhirnya kami
harus kembali ke salah satu kos teman kami untuk mengambil mangkuk alumunium
tersebut.
Ketika kami
tiba di rumah Hotma ternyata salah satu teman kami yang membawa bahan-bahan
terlambat datang. Jadi, kami harus menunggunnya sekitar 30 menit. Kami tidak
dapat melanjutkan proses pembuatan karena bahan yang dibawanya (biskuit) harus
digunakan bersamaan dengan coklat yang telah dilelehkan. Kami juga lupa membeli beberapa bahan seperti white coklat,
wafer dan biskuit.
·
Proses
Pembuatan
Dalam proses
pembuatan kami mengalami banyak kendala, ternyata gambaran yang telah kami buat
tidak semudah yang kami bayangkan. Kami memiliki kesulitan saat memotong coklat,
karena coklat yang telah didinginkan harus didiamkan di suhu ruangan terlebih
dahulu untuk mempermudah proses pemotongan. Kami tidak sabar, dan kami mencoba
unutk memotonbg coklat tersebut. Awalnya pemotongan berjalan dengan lanjar,
namun pada saat potongan kedua, coklat tersebut retak. Untuk mengatasi keretakan tersebut kami
menyambungkan kembali dengan menggunkakan coklat cair. Kami mengalami beberapa
kali kegagalan dalam pemotongan coklat tersebut.
Setelah
beberapa bagian coklat telah terbentuk kami mulai membentuk coklat tersebut
menjadi bentuk kubus. Ini merupakan tahap yang sangat sulit. Untuk menyatukan
lempengan coklat
tersebut diperlukan kesabaran dan ketelitian yang sangat tinggi. Beberapa kali
coklat yang telah kami susun retak dan kami harus menempel coklat tersebut.
Setelah beberapa menit membuatnya akhirnya kami menyelesaikan satu bentuk
kubus, yang akan kami pasang lempengan coklat yang berbentuk atap. Namun ketika
mengangkat coklat yang telah berbentuk kubus tersebut kami kurang hati-hati dan kubus coklat
tersebut patah menjadi beberapa bagian. Kami tidak patah semangat. Kami tetap berusaha untuk menyatukan patahan-patahan coklat dengan penuh hati-hati. Dengan
usaha, kesabaran dan ketelitian kami mampu memperbaikinya.
·
Performa
Di pagi saat
kami akan menampilkan produk, kami juga masih menghadapi kendala. Pada pukul
07.30 anggota kelompok kami belum lengkap dan rumah coklat yang kami buat juga
belum ada di kelas. Kami sangat takut, kami pun menelpon teman kami, ternyata
Ia masih di jalan.
Beberapa saat
kemudian kami menerima kabar dari teman kami bahwa dia lupa untuk membuat alas
berupa karton sebagai dasar dari rumah coklat kami. Akhirnya pada pukul 07.50
kami memutuskan untuk membelinya di daerah sekitar kampus. Pada hari itu, hari
sedang gerimis yang membuat kami kesulitan untuk mencari toko yang telah buka.
Akhirnya kami memperolehnya, kami segera kembali ke kelas.
H.
Kritik
dan Saran
Roni Pradana Syahputra
Menurut sdr.Roni rumah coklat yang
telah kami buat sudah cukup menarik dan baik, namun penggunaan wafer sebagai
pagar terlalu berlebihan karena tanpa pagar yang tersebut rumah coklat kami
lebih menarik.
Ibu Filia Dina Anggaraeni
·
Pengaturan waktu saat performa
Menurut Bu Dina kami tidak dapat
mengatur waktu ketika melakukan penampilan, ini disebabkan karena kami tidak
mempersiapkan segala alat yang dibutuhkan. Ini menyebabkan para audiens
menunggu lama untuk menyaksikan penampilan kami. Ini juga disebabkan karena
kami melakukan demo bagaimana cara mencairkan coklat dan bagaimana kami
menyusun rumah coklat tersebut.
·
Dinamika
Dalam blog yang telah kami
posting, kami tidak melampirkan bagaimana dinamika yang terjadi ketika kami
membuat produk kami. Seharusnya kami membuat dinamika tersebut, agar ketika
membaca konsep performa kami, orang-orang mengetahui hal-hal apa saja yang
terjadi ketika proses pembuatan terjadi.
·
Proses Pembuatan
Di dalam blog kami juga tidak melampirkan bagaimana proses
pembuatan rumah coklat. Seharusnya kami menuliskan bagaimana cara-cara
pembuatan rumah coklat tersebut. Mulai dari alat dan bahan, serta bagaimana
proses pembuatannya.
I.
PEMBAGIAN
TUGAS
Praproduksi :
·
Pembuatan Konsep
-
Seluruh Anggota kelompok 3
·
Pembelian Bahan
-
Dinda Sundari
-
Syafira Hairy Sani
·
Penyediaan Alat
-
Seluruh anggota kelompok 3
Produksi :
·
Pembuatan Produk
-
Seluruh anggota kelompok 3
·
Dokumentasi
-
Syafira Hairy Sani
-
Arifa Ulia Bahri
-
Dinda Sundari
·
Presentasi Teori
-
Alifia Ridha Pratiwi
·
Demo Pembuatan
-
Ilmi Khoir Purba
-
Arifa Ulia Bahri
-
Syafira Hairy Sani
·
Perlengkapan Demo Pembuatan
-
Dinda Sundari
·
Pembagian Produk
-
Ilmi Khoir Purba
-
Dinda Sundari
Pasca Produksi :
·
Pembuatan Laporan Evaluasi
-
Seluruh anggota kelompok 3
Movie by: Alifia Ridha Pratiwi
J.
TAKSASI DANA
BAHAN
|
HARGA
|
Dark chocolate
|
Rp
45.000
|
Lemon chocolate
|
Rp
18.000
|
Biskuit marie susu
|
Rp
24.000
|
Cha-cha
|
Rp
5.000
|
Wafer
|
Rp
12.000
|
Biskuit kopi
|
Rp
6.000
|
Karton
|
Rp
3.000
|
Kertas manila
|
Rp
2.000
|
selotip
|
Rp
2.000
|
Plastik
|
Rp
500
|
jumlah
|
Rp
128.000
|